Bukankah
manusia yang diciptakan di Bumi ini adalah sebagai Khalifah ? khalifah adalah
pemimpin. Adakah yang tidak merasa bahwa dirinya adalah seorang pemimpin ?
pastilah setiap orang merasa begitu.
Tidaklah
memerlukan alasan banyak untuk memberikan suatu konsep pemimpin. Pemimpin
disini dijelaskan sesuatu yang bebas untuk menguasai hak atas pribadi seseorang
tau kelompok manusia. Arti dari kuasa seseorang untuk meguasai ( dalam arti
mengendalikan) diri adalah paling tidak, setiap manusia mempunyai kendali untuk
bebas dan merdeka, tanpa ada pengaruh yang menjadikannya bimbang atas
kemerdekaannya, inilah pemimpin bagi dirinya. Sedangkan bebas menguasai
(mengendalikan) suatu kelompok orang adalah suatu trust (kepercayaan dengan
cara yakin) orang lain kepada diri seseorang, yang menyerahkan kemerdekaannya
(tanpa melampaui kebebasan individu) untuk orang yang dirasa mampu dan akan
menciptakan kesejahteraan sosial, maka konsep inilah yang diartikan dengan
pemimpin secara umum.
Ada
alasan mengapa banyak rang yang ingin menjadi pemimpin sosial, pemimpin di
negaranya, di propinsi hingga di Desanya.
Pertama,
alasan untuk merubah suatu kebiasaan dan budaya yang keliru, untuk membenarkan
harus masuk kedalam sistem, ikut dalam perpolitikan, mencalonkan menjadi
pemimpin. Nah, konsep pertama ini sangat ideal, maka tak sedikit para orang
yang merasa dirinya mamapu, segera memantaskan diri untuk maju menjadi
pemimpin. Maka, ketika menjadi pemimpin, janji janji politiknya untuk merubah
kearah kemajuan, kebaikan, akan mudah untuk dilaksanakan, tanpa haus terkendala
birokrasi yng terbelit belit.
Kedua,
alasan untuk mendapatkan penghargaan diri, pernyataan hormat orang lain kepada
dirinya. Yang kedua ini sudah menyimpang dari idealisme kepemimpinan. Bukan
rasionalitas sosial yang dipakai namun lebih pada keegoisan pribadi dalam
mendapatkan hasrat berkuasa, dipuja.
Di negara
kita, untuk menjadi pemimpin sosial harus melalui suatu perjuangan yang
panjang, tidak gampang, dan penuh dengan pengorbanan.untuk mendapatkan suatu
pemimpin, sebenarnya ada dua dasar, yatu pemimpin itu dilahirkan, atau
diciptakan. Pemimpin yang dilairkan, pada hakikatnya sudah mempunyai darah
seorang pemimpin, keturunan raja dan sebagainya, maka akan secara otomatis akan
menjadi pemimpin didaerahnya. Untuk kategori pemimpin yang diciptakan,
istilahnya pemimpin ini tidak mempunyai keturunan raja atau sebutan lainnya,
melainkan dia di persiapkan dengan cara dipromosikan karena mempunyai kemampuan
untuk memimpin yang baik.
Nah,
ada suatu kesalahan yang turut menyertai proses didapatkannya pemimpin, yaitu
orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk mempimpin, karena mempunyai hasrat
untuk berkuasa, maka orang yang tidak mampu ini di atur sedemikian rupa, diwacanakan
untuk menjadi seorang pemimpin terbaik, akhirnya setelah mampu menarik hati
rakyat, dia melupakan janji janji manisnya, malah memperkaya diri, memperkaya
sekelilingnya, dan melupakan masyarakat yang seharusnya dibantu, diperhatikan.
Makanya ada banyak pemimpin yang korupsi.
Sekarang
mari kita ngomongin masalah pilkada, Pilihan umum di Indonesia.
Dalam
menuju kursi kepala daerah 2018 dan Presiden 2019, ada banyak dan mendadak
tokoh bermunculan. Ada tokoh lama, ada tokoh yang sebenarnya sudah lama tapi
baru muncul, ada yang sebenarnya bukan tokoh tapi mengaku dirinya tokoh. Tokoh
disini diartikan bahwa dia adalah calon pemimpin didaerahnya, atau di Negara
Indonesia.
Dari berbagai latar kehidupn dan pendidikan, tokoh tokoh yang
bermunculan itu sedang ramainya memasang gambar untuk mempromosikan wajahnya
agar terkenal, moncer.
Waow, begitu semangatnya mereka yang ingin menjadi wakil rakyat. sungguh itu merupakan niatan yang begitu arif bijakasana. Ada beberapa hal mengapa mereka rela mengelurakan uang yang tak sedikit hanya untuk satu kursi jabatan wakil rakyat ? berikut sekedar asumsi ulasannya:
1. Menurut teori hierarki kebutuhan Maslow, pada tingkat tertentu, seseorang memerluan penghargaan atas capaian dirinya. kebutuhan Penghargaan atas diri ini dicapai setelah orang tersebut melewati tahapan berikut yaitu; sukses menapaki kebutuhan fisiologis, tuntas dalam kebutuhan mendapat rasa aman, dan mendapatkan kasih sayang. Nah, para calon yang sedang giat berpromosi, bisa jadi dikategorikan sebagai orang yang ingin mendapatkan penghargaan diri. Menjadi seorang pejabat publik adalah satu impian besar untuk selalu dekat dengan masyarakat, membela masyarakat, dan membantu mereka yang membutuhkan bantuan (masyarakat mustad'afin). dengan dibantunya masyarakat, ada harapan besar yaitu, upah, penghargaan, ucapan selamat, rasa terimakasih, rasa balas budi dan rasa penaklukan dan ketertundukan terhadap wakil rakyat tersebut.nah, disitulah rasa menjadi orang besar akan muncul.
2. Sarana mendapatkan sesuatu yang lebih, setidaknya incaran menjadi menteri, direktur PT apa begitu, mendapatkan proyek, tetap tercapai.
Sebenarnya, pola pola promosi sah sah saja dilakukan, oleh siapapun. Namun yang perlu diketahui bahwa, kalau merasa tidak mampu, jangan memaksakan kehendak. kalau tidak punya rasa niat ketulusan menjadi wakil rakyat, hentikan. katakan saja saat menjelang pilpres 2019. ada banyak calon. sebenarnya, mereka yang promosi, mempunyai suara yang lumayan untuk sekedar "ndompleng" (gabung jadi satu) kesalah satu calon terkuat. saat ini gonjang-ganjingnya, bakal yang terjadi adalah hanya ada dua Capres terkuat. yang lain hanya sekedar dompleng. nah, posisi posisi dompleng inilah yang bisa jadi banyak dicari, sebab, untuk bersatu, bersinergi dalam hal koalisi, ada pemufakatan yang berujung pada kerjasama. disitulah kursi kursi menjadi menteri, kepala bidang, direktur PT, dan apapun itu ditawarkan, bisa jadi timbul perekrutan tanpa ada seleksi kemampuan.
Buat apa susah susah menjadi wakil rakyat yang pada ujungnya menipu ?
Labels:
politik
Thanks for reading MENGAPA, WAKIL RAKYAT DIPEREBUTKAN ? I amruloh saja. Please share...!
0 Comment for "MENGAPA, WAKIL RAKYAT DIPEREBUTKAN ? I amruloh saja"