Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti

Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha

Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan, Kaya tanpa didasari kebendaan.

  • NU ONLINE
  • PUTRI TRIBHUWANA MURKA #3



    PUTRI TRIBHUWANA MURKA 
    #3


    Sisi lain perhelatan akbar Pemilihan Raja Majapahit menarik untuk dicermati, diamati dan didiskusikan. Konspirasi, strategi, manipulasi dan gerakan senyap kerap dijadikan misil utama dalam merenggut kekuatan lawan politik.

    Pelepasan agen mata mata CIA (Cermati Intip Amati ) ramai dilepaskan dari kandang setiap elite keraton dan elit partai. Hal ini membuat senang para pencari berita, semakin rumit pola taktik, akan semakin banyak pula bahasan dalam berita parlemen Majapahit dan media-media swasta. Media itulah yang akan meramaikan bursa pemilihan Raja Majapahit, mereka akan memasak berita dengan cara memberi bumbu-bumbu rempah agar berita mempunyai rasa berfariasi, menambahkan cabai agar semakin pedas dan panas, dicampur dengan jahe agar terkadang hangat dan digoreng agar semakin renyah dinikmati.

    Kini publik Majapahit tertuju pada Adipati Blambangan Wirabhumi. Anak muda satu ini menarik untuk di sorot karena langkah politiknya yang berseberangan dengan Partai milik Putri Tribhuwana.

    Sekedar bercerita tentang sejarah saat sebelum dilantiknya Adipati Blambangan Wirabhumi sebagai Adipati di Kadipaten Blambangan. Dahulu pada tahun 2015 adalah merupakan pemilihan kepala daerah di Kadipaten Kerajaan Majapahit. Saat itulah Wirabhumi yang baru saja menyelesaikan gelar Doktornya didorong ayahnya yang juga merupakan Senopati Agung untuk maju dalam pemilihan Adipati Blambangan. Merasa mempunyai kesempatan, Wirabhumi pun pasang badan untuk bersiap maju. Sorot kamera milik paparazi awalnya belum banyak tertuju pada daerah kecil Kadipaten Blambangan. Namun berkat ketenaran istri wirabhumi yang juga artis top Batavia, yaitu Praheswari Arum, Wirabhumi pun numpang ketenaran keartisannya. Tidak memerlukan waktu lama, nama Wirabhumi mendengung di tlatah Majapahit, khususnya Kadipaten Blambangan. Mendengar nama anak muda Wirabhumi, pucuk pimpinan Partai milik Putri Tribhuwana bereaksi. Tak lama kemudian dengan konsolidasi yang cukup melalui prajuritnya untuk menemui Wirabhumi, akhirnya Putri Tribhuwana menjadikan Wirabhumi seorang kader muda partai. Selain itu juga, Putri Tribhuwana sepakat untuk mencalonkan Wirabhumi dalam bursa pemilihan Adipati di Blambangan. Sebagai orang muda yang pandai dan cerdas, akhirnya rakyat Blambangan banyak yang menerima kehadiran Wirabhumi dengan bukti ia terpilih 80% dari seluruh warga Blambangan.

    Tiga tahun telah berjalan masa kepemimpinan Wirabhumi di Kadipaten Blambangan. Bertepatan itu pula, kerajaan Majapahit mempunyai Gawe yang Agung yaitu Pemilihan Raja Majapahit sebagai batas akan lengsernya Prabu Hayam Wuruk. Ternyata nasib telah berkata lain, peta politik di Majapahit berubah, kesepakatan ternyata telah memudar, konsolidasi romantis menjadi persekongkolan, janji bersama menjadi saling menghianati. Wirabhumi maju kembali dalam bursa Pemilihan Raja Majapahit tanpa pamit kepada Putri Tribhuwana. Bukan karena tanpa alasan, Wirabhumi merasa ditelikung oleh partai, karena tidak mendapat rekomendasi Calon Raja Majapahit, padahal pertemuan di Kadipaten Malang Wirabhumi masuk bursa pencalonan. Lewat armada Gerakan Majapahit Bersatu (GMB) besutan Tumenggung Martoloyo yang merupakan lawan abadi Putri Tribhuwana, Wirabhumi maju dengan seolah mengingkari partai Milik Tribhuwana untuk calon Raja Majapahit.

    Tribhuwana murka, marah, memanas, ajudan dan prajurit dikumpulkan untuk membicarakan kadernya yang berkhianat, Wirabhumi. Tribhuwana menilai bahwa dialah yang orang yang berjasa terhadap dijadikannya Wirabhumi orang besar di Kadipaten Blambangan. “Ini adalah penghianatan, ini adalah persekongkolan” kata Putri Tribhuwana.

    Namun itulah konsekuensi politik, kawan menjadi lawan sudah biasa, karena lawan dari musuhku adalah kawanku. Itulah politik. Atas rapat kecil yang diselenggarakan Tribhuwana dengan pengurus partai, para prajurit dan ajudan, akhirnya diputuskanlah bahwa kader yang bernama Wirabhumi sudah bukan lagi kader partai milik Tribhuwana.


    Politik Keraton dan elit partai memang susah untuk ditebak, diikuti dan diamati. Namun bagaimana kisah perseteruan Wirabhumi yang dicalonkan dengan Ayu Indar dalam bursa pemilihan Raja Majapahit ? bagaimana pasangan JAWI, akankah memenangkannya ? terakhir adakah calon ketiga yang diusung lagi ? mari kita tunggu kabar selanjutnya, teliksandi CIA belum berhenti Bekerja.....

    1. Hanya cerita fiksi

    0 Comment for "PUTRI TRIBHUWANA MURKA #3"

    Back To Top