Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti

Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha

Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan, Kaya tanpa didasari kebendaan.

  • NU ONLINE
  • pemikiran keislaman




    “MASA DEPAN ISLAM” DI INDONESIA
    Oleh amruloh

              Indonesia milik kita ini adalah bangsa yang mempunyai nilai sejarah Islam trans-nasional, artinya sejarah telah bercerita tentang Negara-negara Islam dunia mengkampanyekan Islam sampai ke negeri ini. Negeri Indonesia merupakan negeri yang mempunyai kapasitas warga Islam terbesear di dunia, walaupun pondasi Islam terlahir di arab. Berbicara tentang masa depan sama artinya memprediksi secara subyektif tentang segala kejadian akan datang dengan cara intelektual. Sekarang-pun Islam di Indonesia baik-baik saja, jika dibandingkan dengan Negara-negara Islam di timur tengah yang beberapa tahun terakhir sedang bergolak.
              Beberapa waktu yang lalu Prof Greg Barton dari Monash University, Australia memberi kuliah international pada 15 dosen dari jurusan Hubungan Internasional (HI), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan tema “Islam, Liberalism and Secular Democracy: Prospect for Reform in The Middle East dan Northern Africa in The Wake of Arab Spring”. Menurut analisinya demokrasi sudah mulai tumbuh di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Di Tunisia sudah mulai dilakukan lewat open election oleh rakyatnya. Di Mesir demokrasi berjalan dengan cukup stabil namun adanya perlawanan dan oposisi dari Ihwanul Muslimin yang beraliran keras sering menggangu jalannya demokrasi di sana. Di Arab Saudi demokrasi terlihat ketika Arab Saudi mau membangun universitas baru untuk perempuan dimana nantinya perempuan Arab dapat berkegiatan dengan lebih bebas di dalamnya. Dari berbagai negara di Middle East dan Northern Africa (MINA), ada beberapa negara yang menunjukkan kestabilannya (tidak bergejolak) seperti Oman dan Kuwait. Tantangan bagi kebangkitan dunia Arab ini adalah pluralisme, bukan hanya aliran (Sunni, Syiah) namun juga perbedaan suku karena masih banyak pihak yang sulit menerima kepluralismean yang ada di tanah Arab.
              Sebenarnya jumlah penduduk di MINA hampir sama dengan jumlah penduduk di Indonesia yaitu sekitar 500 juta orang. Orang-orang sering lupa bahwa jumlah penduduk muslim terbesar itu ada di Indonesia dan demokrasi yang dapat berjalan beriringan dengan Islam itu ada di Turki, sehingga sebenarnya masa depan dunia Islam itu ada di Indonesia dan  Turki.
              Orang tidak perlu risau selama dua sayap Islam di Indonesia ini, NU dan Muhammadiyah, tetap bekerja keras menegakkan panji-panji Islam , ramah dan toleran kepada siapa saja, dan selama semua pihak saling menghormati perbedaan pandangan. Tetapi perlu untuk diingat masa jahiliyah, Bencana besar bisa saja terjadi apabila pemeluk agama kehilayangan manhaj-al fikr (daya nalar)nya, kemudian menghakimi semua orang (notabene keadilan social dan sejahtera semua golongan) yang tidak sepaham  dengan aliran pemikiran  yang sejalur (monolitik).
              Manusia karakteristiknya suka mengeksploitasi (SDM dan SDA) sampai kebenaranpun dieksploitasi. Dalam dinamika peradapan umat  manusia tentang sikap memonopoli kebenaran ini tidak sulit untuk dicari. Darah pun banyak tertumpah akibat main hakim sendiri  dan pemghakiman segolongan orang terhadap pihak lain karena perbedaan tafsiran agama atau ideologi. Belum lagi terkait tentang fundamentalisme islam. Terorisme terjadi dimana-mana. Tentang fundalisme dikawasan portal Islam,  yang banyak dikutip adalah pertama, kegagalan umat islam menghadapi arus modernitas yang dinilai menhyudutkan Islam. Agaknya Islam setuju sih engan arus modernisme, dan no westernisme. Teori fundalisme kedua,  fundalisme mengatasnamakan rasa kesetiakawana terhadap nasib yang menimpa saudara-saudara di Palestina, Kashmir, Afganistan, dan Iraq. Perasaan solidaritas inilah menjadi dasar dalam memperjuangkan (katanya akidah). Tetapi yang ditunjukkan oleh segolongan mayoritas adalah kekerasan. Jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia, misalkan praktis secara ekstrem yaitu terorisme di marriot, bali dll. Teori ketiga fundamentalis  di nusantara ini disebabkan kegagalan Negara dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan berupa tegaknya keadilan social dan terciptanya kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat. Namun Karena golongan fundamentalis ini miskin bahkan buta peta sosiologis Indonesia yang tak sederhana, mereka menempuh jalur pintas. Kaum fundamentalis perlu untuk ditembak dilapangan bantengagaknya. Kondisi Indonesia jauh dari keadilan, cara mereka mengatasnamakan tegaknya syariat  semakin menjauhkan dari rasa nasionalisme bangsa ini. Indonesia sebagai kawasan muslim terbesar dunia, tak mungkin dihanguskan oleh otak-otak sederhana, memilih jalur pintas dan kekerasan.ternyata demokrasi di Indonesia masih lemah, transisi demokrasi yang makin melemahkan sendi sendi-sendi kehidupan berbangsa. Demokrasi Indonesia perlu untuk diberikan obat, dan umat kita lah dokternya.

    0 Comment for "pemikiran keislaman"

    Back To Top