Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti

Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha

Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan, Kaya tanpa didasari kebendaan.

  • NU ONLINE
  • Antara Petruk, Bagong dan Gayatri Jayapatni I Geger Paregreg

    Antara Petruk, Bagong dan Gayatri Jayapatni

    Sengit, argumentative, konyol, lucu dan terkesan “mbayol”. Kalimat tersebut pantas dibenarkan saat mereka berdua sedang bicara dan bermain argument. Sudah menjadi watak setiap tokoh punokawan yang tidak bisa untuk gampang menerima argumentasi dari lawan bicaranya. Misalnya saja, banyolan (lelucon) dari bagong pun, mengandung syarat komunikasi tingkat tinggi yang memerlukan tingkatan bahasa untuk sekedar memahami maksud dari banyolannya.

    Sore itu fajar telang meniyingsing, cakrawala memerah di pojok barat. Burung burung camar beterbangan di laut pantai selatan, gang perbatasan Treggalek Pacitan. Dipondok yang sederhana, para anggota punokawan sedang meminum Kopi, Kopi Jimat Namanya, kopi hasil olah piker dan olah rasa dari arek arek Trenggalek. Tidak banyak yang keluar dari mulut besar Gareng, juga sepi sekali wejangan bijak yang menjurus pada ilmu ma’rifat dari mulut seorang semar. Hanya saja, mereka berdua sedang mendapati keseriusan Petruk dan Bagong yang sedang adu argument tentang kembalinya cucu Raden Wijaya kedalam gelanggang percaturan politik Majapahit yang syarat dengan mistik(us), politik(us).

    Petruk berpendapat, hadirnya Gayatri Jayapatni adalah suatu siratan takdir untuk Majapahit yang lebih bermartabat. Hal ini dikarenakan Gayatri adalah cucu dari pendiri Majapahit itu sendiri, darah darah perjuangan kakeknya masih melekat erat dalam tubuhnya. Sejak berumur limabelas tahun dia telah menaruh minat pada ilmu tata Negara, hokum agama dan per-teateran (drama) sehingga saat dewasa, Gayatri merupakan tokoh perempuan yang berpengaruh dibalik kejayaan Majapahit. Mengingat kecerdasannya sebagai wakil perempuan Majapahit, Gayatri dicalonkan menjadi seorang wakil Raja Majapahit, berpasangan dengan Patih Gajah Mada.

    Sebenarnya, dipilihkannya Gayatri Jayapatni sebagai kandidat penerus kerajaan Majapahit, tidak lepas dari mbakyunya (kakaknya), yaitu Putri Tribhuwana. Saat ini memang Gayatri masih menjabat sebagai putri kerajaan, seorang patih di kerajaan Tarumangara. Atas panggilan kakaknya, akhirnya Gayatri pun menyahut, siap maju dalam kondisi apapun, karena sudah merupakan tugas, tugas kerjaan, tugas keluarga dan tugas partai.

    Mendengar pernyataan yang tanpa hentinya dari Petruk, tentang kebesaran dan kecerdasan Gayatri, bagong merasa geram dan “panas” hati. “goblok kowe (bodoh kamu) Truk”  celetuk Bagong. Bagong membodoh-bodohkan si Petruk karena merasa mengagung-agungkan Gayatri. Sudah menjadi ciri si Bagong yang gampangan “nyeletuk” saat yang diajak bicara belum menyelesaikan paragrafnya, apalagi dengan Petruk.

    Menurut Bagong, sangat bodoh dan durjana bila seorang dipuja-puja berlebihan, apalagi sudah seperti wakil Tuhan dengan segenap firman-firmannya, bisa membuat suatu Negara tentram ditangan seseorang. Padahal, dalam ilmu ma’rifat Bagong, manusia dimuka bumi adalah sama derajatnya, dibekali hak yang sama. Cuma yang membedakan hanyalah ketaatannya pada sang Pencipta.
    “itu lo Truk, musim pemilihan Raja Kerajaan, sudah seperti bermain drama, penuh dengan kebohongan dan gincu” kata Bagong. Menurutnya, banyak sekali calon calon penerus kerajaan Prabu Hayam Wuruk yang masih bersembunyi dalam kepura-puraan, bersembunyi dalam baju rapinya, dan yang kerap terjadi adalah bersembunyi dalam “kopyah” Hitamnya. Memang tidak bisa dipungkiri, banyak sekali raja-raja sejagat Nusantara yang berperilaku yang tidak mencerminkan sebagai wakil rakyatnya. Korupsi banyak yang dilakukan oleh Para Raja-Raja. Tak mengherankan saat ini kepercayaan terhadap para kandidat mengalami turun drastis.
    Ada yang mendadak berkopyah, mendadak berkerudung,  memakai baju putih, memakai  baju rapi, ujung-ujungnya masuk bui (pakunjaran = penjara). Nah, ini kan sebenarnya percontohan yang keliru.
    “loh, yang bilang mengagung-agungkan tokoh siapa Gong ? debat si Petruk. “aku hanya berpendapat bahwa mbak Gayatri Jayapatni ini wakil perempuan yang cerdas, pintar, berilmu, tidak lebih dari sekedar mengidola, karena saya kagum maka saya diam diam mengorientasikan seseorang atas kecerdasannya, tidak lebih hingga aku memujanya, kamu ini sinis sekali kalau sama aku !!!, memangnya kamu sendiri tidak punya idola Gong”.

    “punya”, tukas Bagong.
    “la itu, kamu saja punya, aku kok tidak boleh sekedar menyayangi idolaku ???, jawab Petruk.
    “goblok maneh kowe (bodoh lagi kamu) Truk, njiiancuk (nadanya meninggi seperti komentator sepakbola Persija VS Bali United) !!.
    “laahhhh mulai lagi….”, lawan si Petruk.

    “ he, Petruk, dengarkan ya. Didunia ini , sesama manusia tidak lebih sebatas memanusiakan manusia lain, kecerdasan orang lain saya anggap biasa, karena manusia sudah dibekali keahliannya masing masing oleh Tuhan, lantas saya pun tidak heran, tidak nggumunan, dan tidak pernah mengidolakan seseorang dalam hidup saya. Meskipun Gayatri Pintar, katamu cerdas, itu mah biasa dalam kamus hidup ku. Meskipun Patih Gajahmada orangnya juga Tegas, pintar berorasi, karena mantan aktifis Mahasiswa pergerakan, ya saya anggap biasa, meskipun Patih Gajahmada Maju sebagai kandidiat Raja Majapahit, itu juga biasa bagi saya. Nah, lagi sama halnya dengan Patih Ayu Indar, meskipun menjadi perempuan yang kuat, mampu membuat tertarik masyarakat Majapahit, seorang Patih yang bijak, saya pun menganggap itu mah biasa”, jawab bagong agak serius.

    “truk, ingat dan perhatikan baik baik, saya baru mengidolakan seseorang/ sesuatu yang bisa merubah arah terbit matahari dari Barat, dan tenggelam kea rah Timur, saya baru akan mengidolakan seseorang/sesuatu jika sudah mampu mengangkat gunung-gunung, menurunkan langit, dan merubah arah orbit planit-planit dalam deretan tata surya”, imbuh bagong.

    “pastinya tidak ada orang dimuka bumi ini yang seperti itu, bahkan Raden Ramawijayapun tak akan sanggup, Hayam wuruk pun tak akan sanggup, hanya ada satu yang sanggup, Tuhan. Maka dengan adanya Tuhan, maka saya hanya mengidolakanNya, bukan yang lain”, Tutup Bagong.
    Labels: Geger Paregreg

    Thanks for reading Antara Petruk, Bagong dan Gayatri Jayapatni I Geger Paregreg. Please share...!

    0 Comment for "Antara Petruk, Bagong dan Gayatri Jayapatni I Geger Paregreg"

    Back To Top