Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti

Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha

Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan, Kaya tanpa didasari kebendaan.

  • NU ONLINE
  • IDEOPOLITOR-STRATAK


    IDEOPOLITOR-STRATAK SEBAGAI PISAU ANALISIS INTELEKTUAL MUDA UNTUK MEWUJUDKAN PEMIMPIN TRANSFORMATIF”
    oleh 
    Diawali dari pengetahuan manusia terhadap realitas, merupakan bukti bahwa kecenderungan dalam mencari serta menemukan kebenaran sebagai media dalam mencapai tujuan adalah fitrah manusia. Termasuk wilayah pengetahuan yang akan bersama-sama dikaji dalam Intermediate Training ini, yaitu ideologi, politik serta strategi dan taktik (Ideopoltor-Stratak).

    Berbicara soal ideopolitor-setratak tidak lepas dari wilayah kajian politik, namun perlu difahami bahwa politik yang dimaksud adalah sebatas pengetahuan atau ilmu politik, bukan politik praktis. Karena HMI adalah organisasi mahasiswa yang bersifat perkaderan dan perjuangan (AD HMI Bab IV Pasal 7,8,9) bukan partai politik ataupun organisasi yang berafiliasi atau bahkan menjadi underbow partai politik yang memiliki kepentingan mutlak demi kekuasaan. Politik adalah Sebagai media dalam mencapai tujuan, politik bukan lagi merupakan istilah yang asing atau bahkan tabu bagi kalangan mahasiswa. Namun hal penting yang harus difahami terkait dalam perjuangan politik adalah landasan gerak (epistemology, pandangan dunia dan ideologi), manusianya (kader), serta strategi dan taktik.

    Kajian ideopolitor stratak akan nampak dalam kehidupan diantaranya adalah bagaimana kekuatan ideologi yang dimiliki dapat diaplikasikan dan diwujudkan secara nyata dengan menggunakan politik melalui strategi dan taktik yang elegan dan rapi, sehingga tujuan daripada yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

    Berangkat dari ideologi yang kuat yang telah mendarah-daging dan dilandasi dengan ketauhidan yang kokoh pula serta memiliki pisau analisis yang tajam untuk mengamalkan dalam karya nyata maka kiranya pelu memiliki alat dan pakem yang tepat, yakni dengan menggunakan politik dan strategi yang tepat pula, agar apa yang direncanakan dalam tercapai sesuai harapan. Namun tidak selesai pada tataran idiologi, politik, dan strategi yang matang saja, tapi sebagai eksekutornya tetap dibutuhkan seseorang dengan mental pelopor, visioner dan memiliki kesadaran tanggung jawab individu dan sosial, yaitu seorang yang memiliki jiwa “kepemimpinan transformatif”, dalam hal ini adalah “pemimpin muda” dan tentunya embrio pemimpin muda yang ideal berasal dari HMI.

    Menyoal tentang pemimpin transformative, ia adalah pemimpin yang menggunakan karisma mereka untuk melakukan transformasi dan merevitalisasi organisasinya. Dan ia lebih mementingkan revitalisasi para pengikut dan organisasinya secara menyeluruh ketimbang memberikan instruksi-instruksi yang bersifat top-down. Pemimpin yang transformatif lebih memposisikan diri mereka sebagai mentor yang bersedia menampung aspirasi para bawahannya.

    Dalam perspektif kepemimpinan transformatif, sekat yang membatasi antara peran kaum muda dan golongan tua sejatinya justru menjadi jembatan dalam melakukan proses transformasi kepemimpinan. Persoalan sesungguhnya bukan terletak pada kutub perbedaan cara pandang antara kaum muda versus kaum tua,antara prokemapanan versus properubahan. Persoalan sesungguhnya justru terletak pada bagaimana membangun mekanisme dan sistem transformasi kepemimpinan. Hal itu hanya bisa berjalan jika ada visi dan konsistensi yang kuat dalam jiwa seorang pemimpin. Dan, itu bukan monopoli kaum tua atau kaum muda saja. Tidak hanya itu, pemimpin transformatif mampu membaca peluang dan situasi yang ada, dan kemudian membuat langkah-langkah yang strategis guna mewujudkan cita-citanya.

    Sejarah tidaklah berhenti pada satu noktah generasi. Sejarah akan terus menghadirkan tokoh dan pemimpinnya. Sejarah pula yang akan membuktikan apakah seorang pemimpin akan tercatat dengan tinta emas atau tinta hitam penuh bercak. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang berhasil melahirkan pemimpin yang melebihi kemampuannya.

    STRATAK hanya boleh dipelajari oleh kader HMI yang militan dan bermental pelopor, kader yang telah memiliki kesadaran ideologi dan organisasi serta sanggup berfikir politis realistis.
    Seorang yang penakut, menghindari resiko dan lebih mengedepankan kepentingan pribadi dari pada kepentingan perjuangan “HARAM” mempelajari STRATAK.
    STRATAK adalah modal untuk bergerak dengan “elegan” dan penuh perhitungan yang matang, tidak sembrono, anarkis dan nyelonong “offside” serta tidak bertindak radikal ekstrem yang ngawur dan nekad.
    Pokok Pembahasan

    * Ideopolitor-Stratak
    * Pemimpin Transformatif


     I.            IDEOLPOLITOR STRATAK
    A.     Pengertian ideopolitor-stratak
    1.      Ideologi
    Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas, ideology adalah pedoman normatif yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi. Pada wilayah ideologi, tauhid jelas haruslah menjadi dasar utamanya (sumber). Bagaimana pemahaman kader maupun manusia secara umum tentang Tauhid menjadi dasar dari epistemologinya. Sehingga dengan pengetahuan yang bersumber dari Tauhid tersebut akan dapat menghasilkan pandangan dunia yang objektif. Selanjutnya pandangan dunia atau cara memahami realitas tersebut yang nantinya sebagai perangkat ideologi. Jika lebih disederhanakan lagi, ideologi sangatlah penting dalam perjuangan politik, sebab ideologi sebagai landasan setiap gerak yang akan diaktualisasikan.

    2.      Politik
    Politik secara sederhana dapat kita artikan sebagai suatu media untuk mencapai maksud atau tujuan. Politik merupakan pengetahuan terapan, di mana dengan pengetahuan politik maksud serta tujuan yang akan dicapai dapat diperjuangkan melalui perjuangan politik dengan menggunakan ilmu pengetahuan politik. Tentu saja di dalam politik tersebut masih membutuhkan banyak pengetahuan terapan yang lain, yaitu strategi dan taktik.
    “Ilmu tanpa amal adalah dosa, demikian pula amal tanpa ilmu.” Pernyataan tersebut adalah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, jika kita kaitkan dengan perjuangan politik, maka politik adalah merupakan sebuah amal, jika tidak disertai dengan ilmu maka akan sia-sia. Dalam sebuah perjuangan politik, strategi dan taktik adalah ilmunya, selain landasan tauhid sebagai dasar ideologi dan juga pengetahuan mengenai ilmu politik itu sendiri.

    3.      Strategi dan taktik
                Mengambil istilah “sebuah peperangan”, strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri peperangan. Sedangkan taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu pertempuran. Dalam pandangan HMI, seperti yang diungkapkan oleh Dahlan Ranuwiharjo sebagai tokoh pendidik politik di HMI bahwa strategi adalah Bagaimana menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana perjuangan, sedangkan taktik adalah bagaiman menentukan sikap atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu pada saat tertentu.

    B.     Hubungan Taktik dengan Strategi
    Taktik merupakan bagian dari strategi. Maka dalam hal ini, taktik harus tunduk kepada strategi yang ada.
    ü  Jika semua taktik berhasil maka strateginya berhasil.
    ü  Jika Semua taktik gagal maka strateginya gagal.
    ü  Jika salah satu taktik gagal, maka strategi masih bias berhasil dengan syarat taktik yang lainnya berhasil, dan bersifat strategis.
    ü  Jika Sebagian taktik berhasil namun sebagian taktik strategis yang lain gagal, maka stratgi gagal.
    Taktik strategis adalah taktik mengenai suatu kejadian politik, namun kejadian itu menentukan bagi seluruh rencana strategis, dengan kata lain taktik ini adalah taktik utama/ prioritas.

    C.      Dasar-dasar Menyusun Strategi
    Dalam menyusun suatu strategi untuk mencapai tujuan tertentu ada bebrapa hal mendasar yang perlu diperhatikan, diantaranya:
    ü  Menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi dalam jangka waktu tertentu. Sasaran disesuaikan dengan kemampuan oranisasi.
    ü  Jangka waktu ditentukan sebagai jangka waktu sekarang (jangka pendek) dan jangka waktu beberapa tahun ke depan (jangka panjang).
    ü  Harus terdapat rencana atau strategi alternatif.
    ü  Harus dapat menambah kekuatan serta memperkuat posisi.
    ü  Harus mampu membentuk opini publik (subyektifitas menjadi objektifitas)

    D.     Dasar-dasar Membentuk Taktik
    Taktik merupakan bagian dari strategi, berikut adalah beberapa dasar dalam membentuk sebuah taktik:
    1.      Fleksibilitas
                Yaitu sikap dan langkah yang dapat berubah sesuai dengan kondisi yang terjadi.
    2.      Orientatif, evaluative dan estimatif.
                Perjuangan politik tidak mampu melihat hasil atau keberhasilan yang dicapai nanti, sebab hal tersebut belum terjadi. Namun dengan menentukan langkah, mengira-ngira (mengorientasikan) serta mengevaluasi keadaan dan kemungkinan yang akan terjadi, disertai dengan memperhitungkan beberapa hal maka kita akan dapat melihat bayangan aka nada dan tidaknya kesempatan untuk berhasil.
    3.      Kerahasian
                Strategi harus dirahasiakan, biarlah lawan meraba apa langkah perjuangan yang akan kita lalui.
    4.      Gerak tipu/mengelabuhi.
    5.      Lima S; (Sasaran, Sarana, Sandaran, Sistem, Saat).
    6.      Perpaduan antara Kondisi Objektif dan Kondisi Objektif, kondisi subjektif mematangkan kondisi objektif, begitu juga sebaliknya. Antara kedua kondisi ini memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.

    E.      Hukum-hukum Stratak
    1.      Kuantitas.
    Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil. Pihak yang berjumlah kecil tidak  boleh menyerang musuh yang berjumlah besar. Jika musuh yang berjumlah besar menyerang pihak yang berjumlah kecil hendaknya menyingkir. Musuh yang berjumlah besar tidak dapat dihancurkan sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit dan secara terus menerus.
    2.      Perpaduan antara kualitas dan kuantitas.
    Kurang dalam kuantitas harus diimbangi dengan kelebihan dalam kualitas. Kurang dalam kualitas harus diimbangi dengan kelebihan kuantitas.
    3.      Posisi.
    Posisi yang baik adalah separuh kekuatan. Posisi yang tidak baik memerlukan dua kali kekuatan.
    4.      Cadangan.
    Pihak yang mempunyai cadangan, walaupun telah mundur dan kalah akan dapat maju kembali. Jika musuh sedang kalah dan mundur, kejarlah. Hancurkan cadangan musuh sebelum musuh maju dan bangkit kembali dengan cadangannya.
    5.      Kawan, Sekutu dan Lawan.
    Secara ideologis, kawan adalah yang seideologi. Secara strategis sekutu harus selalu diperbanyak dan pihak-pihak lawan harus dikurangi. Musuh nomor satu adalah golongan terbesar yang ideologinya membahayakan kehidupan ideologi sendiri. Sekutu dan musuh nomor satu adalah lawan. Lawan dan sekutu nomor satu adalah musuh. Antara sekutu dan musuh terdapat golongan-golongan yang bukan musuh dan bukan sekutu. Golongan ini pada suatu saat dapat menjadi musuh, pada saat lain menjadi sekutu dan pada satu ketika dapat pula sekaligus menjadi sekutu dan musuh.
    6.      “Divide et impera”. Pecah belah musuh dan hancurkan dulu yang besar.
    7.      Menyerang
    Menyerang adalah Pertahanan yang Terbaik.Yang menang ialah yang selalu memegang inisiatif. Biarkan lawan bergerak menurut inisiatif kita pada saat dan tempat kita pilih. Biarkan lawan beraksi terus terhadap isu-isu yang kita lontarkan. Tujuan membenarkan setiap cara sepanjang tidak bertentangan dengan kekuatan ideology serta tidak membawa akibat yang dapat merugikan sendiri.

    F.      Peran stratak sebagai alat perjuangan organisasi
                Stratak adalah cara digunakan oranisasi untuk mencapai sasaran perjuangan. Garis dari setiap stratak harus disesuaikan dengan kondisi organisasi. Kesuksesan stratak akan semakin memperkuat organisasi, begitu juga sebaliknya. Semakin berkurang kekuatan organisasi, semakin tidak mampu organisasi itu melaksankan stratak yang besar, semakin kecil stratak yang dapat dilaksanakan oleh organisasi semakin jauh organisasi tersebut dari tujuan perjuangan politiknya. Stratak tidak mampu berdiri sendiri, melainkan dia hanya alat pelaksana bagi tujuan ideologi, yaitu untuk mempertahankan dan menambah kekuatan serta posisi sendiri, di samping itu juga untuk menghancurkan dan mengurangi kekuatan serta posisi lawan.


       II.            PEMIMPIN TRANSFORMATIF
    A.  Pengertian Pemimpin Transformatif
         Pemimpin transformatif adalah pemimpin menggunakan karisma mereka untuk melakukan transformasi dan merevitalisasi organisasinya. Dan ia lebih mementingkan revitalisasi para pengikut dan organisasinya secara menyeluruh ketimbang memberikan instruksi-instruksi yang bersifat top-down. Pemimpin yang transformatif lebih memposisikan diri mereka sebagai mentor yang bersedia menampung aspirasi para bawahannya.
    B.  Ciri-ciri Pemimpin Transformatif
                Pertama, pemimpin transformatif  memiliki karisma yang dapat menghadirkan sebuah visi yang kuat dan memiliki kepekaan terhadap misi kelembagaannya.Ini berarti setiap gerak dan aktivitasnya senantiasa disesuaikan dengan visi dan misi organisasinya. Inilah yang dijadikan sebagai acuan untuk tetap konsisten dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakannya.
                Kedua, senantiasa menghadirkan stimulasi intelektual. Artinya, mereka selalu membantu dan mendorong para pengikutnya untuk mengenali ragam persoalan dan cara-cara untuk memecahkannya. Para pengikutnya diberi kesempatan untuk berpartisipasi mengidentifikasi persoalan dan secara bersama- sama mencari cara penyelesaian yang terbaik. Dalam karakteristik ini, pemimpin transformatif lebih banyak mendengar ketimbang memberikan instruksi.
                Ketiga, pemimpin yang transformatif memiliki perhatian dan kepedulian terhadap setiap individu pengikutnya. Mereka memberikan dorongan, perhatian, dukungan kepada pengikutnya untuk melakukan hal yang terbaik bagi dirinya sendiri dan komunitasnya.
                Keempat, pemimpin transformatif senantiasa memberikan motivasi yang memberikan inspirasi bagi pengikutnya dengan cara melakukan komunikasi secara efektif dengan menggunakan simbol-simbol, tidak hanya menggunakan bahasa verbal.
                Kelima, berupaya meningkatkan kapasitas para pengikutnya agar bisa mandiri, tidak selamanya tergantung pada sang pemimpin. Ini berarti pemimpin transformatif menyadari pentingnya proses kaderisasi dalam transformasi kepemimpinan berikutnya. Ini berbeda dengan model kepemimpinan karismatik yang memosisikan para pengikutnya tetap lemah dan tergantung pada dirinya tanpa memikirkan peningkatan kapasitas dari para pengikutnya.
                Keenam, para pemimpin transformatif lebih banyak memberikan contoh ketimbang banyak berbicara. Artinya, ada sisi keteladanan yang dihadirkan kepada para pengikutnya dengan lebih banyak bekerja ketimbang banyak berpidato yang berapi-api tanpa disertai tindakan yang konkret.

    0 Comment for "IDEOPOLITOR-STRATAK"

    Back To Top