Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti

Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha

Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan, Kaya tanpa didasari kebendaan.

  • NU ONLINE
  • Punokawan



     Kepemimpinan ala wayang Punokawan
    oleh Amruloh  


    Sesuai fitrahnya manusia adalah mandat Alloh yang mengimplementasikan sifat sifat Nya. Sebagai mandatarisNya, manusia diberikan amanah sebagai pemimpin didunia. Menurut Murtadha Murtadhi, Alloh telah menciptakan manusia dengan berbagai ragam jiwa, fisik, intelektual dan kecenderungan. Menurut Fitrah nya, Manusia adalah pembawa sifat keTuhanan, namun dia masih mempunyai karakter Keangkaramurkaan (Dasamuka). Ketika seorang mahasiswa Islam yang telah dinobatkan dan di ikrarkan sebagai kader HMI, maka dialah mempunyai amanah untuk memperjuangkan insan cita. Dia adalah kader, anggota dan pengurus, dank arena mereka hidup dalam organisasi maka terciptalah dinamika Organisasi yang akan mendewasakannya. Semuanya adalah mata rantai yang tidak bisa dipisahkan. Seperti halnya dalam tokoh pewayangan, kita mengenal Punakawan. Dalam cerita pewayangan Jawa, Punakawan tersebut mempunyai dua kelompok yaitu masing masing mempunyai peranan yang sama sebagai penasehat spiritual dan politik, namun masing masing mengasuh tokoh yang karakternya saling kontradiktif. Kelomok pertama ki Lurah Semar Badranaya yang terdiri semar, Gareng, petruk dan bagong. Mereka menggambarkan punakawan yang Jujur, sederhana, tulus, tanpa pamrih, namun mempunyai pengetahuan yang luas serta cerdik. Kelomok kedua disebut ki lurah togog yang terdiri dari sarawita dan Mbilung. Mereka menggambarkan punakawan yang mendampingi keangkaramurkaan, keruwetan, sifat negative dan selalu membuat rebut seperti rahwana (dasamuka). Dalam arti sederhananya kelompok pertama diwakili oleh Pandawa dan kelompok kedua disebut sengkuni. Gambaran tersebut sesungguhnya memproyeksikan pula karakter dalam diri manusia. Sebagaimana digambarkan bahwa kedua kesatria di atas memiliki karakter yang berbeda dan saling kontradiksi. Maknanya, dalam jagad kecil (jati diri manusia) terdapat dua sifat yang melekat, yakni di satu sisi sifat-sifat kebaikan yang memancar dari dalam cahyo sejati (nur) merasuk ke dalam sukma sejati (ruh). Dan di sisi lain terdapat sifat-sifat buruk yang berada di dalam jasad atau ragawi. Kesatria yang berkarakter baik diwakili oleh kelompok Pendawa Lima beserta para leluhurnya. Sedangkan kesatria yang berkarakter buruk diwakili oleh kelompok Kurawa 100. walaupun keduanya masing-masing sudah memiliki penasehat punakawan, namun tetap saja terjadi peperangan di antara dua kelompok kesatria tersebut.
    Hal itu menggambarkan dalam suatu raga Organisasi terdapatlah sifat macam itu, entah dalam diri kader ataupun dalam sebuah budaya organisasi, antara nafsu negatif dengan nafsu positif. Sehingga dalam cerita pewayangan digambarkan dengan perang Brontoyudho antara kesatria momongan Ki Lurah Semar dengan kesatria momongan Ki Togog. Antara Pendawa melawan Kurawa 100. Antara nafsu positif melawan nafsu negatif, kalau peristiwa ini tidak dikelola dengan baik maka akan tercipta amarah dalam organisasi sehingga akan mengganggu perkaderan (peperangan).
    Prof.Dr. Lafran Pane  menempatkan ide dasar misi dibentuknya HMI dalam khazanah umat dan bangsa. Tepat 66 tahun sudah HMI berdiri dan mampu menuntaskan setiap gerakan perubahan secara radikal terhadap kondisi bangsa. Dari 16 kader HMI Yogyakarta awal berdiri, kini mejadi 200 ribu kader menyebar di seluruh Indoesia. Dari era Lafran Pane pengurus yang jumlahnya 9 orang dalam 1 cabang, kini di era Arief Rosyid terdiri dari 194 Cabang dan 20 Badko tersebar diseluruh Negeri ini. Kader bangsa banyak ditelurkan dari buaian organisasi islam ini. Salah satunya A. Dahlan Ranuwiharja yang menjadi ketum PB HMI era soekarno dan sangat dekat dengan Soekarno sampai sampai dikala HMI akan dibubarkan PKI malah Sokarno melarangya. Sejarah perjuangan HMI merupakan fakta dari mampunya HMI dalam perjuangan melindungi, mempertahankan dan membangun NKRI.
    Sekarang, keangkaramurkaan mulai menggerus HMI, adanya kabar Mosi tidak percaya terhadap Pb HMI telah menjadi contoh bahwa PB HMI tidak solid. Ada yang mencoba menjadi sengkuni yang merusak organisasi. Kader HMI lingkup Cabang tidak boleh terinterfensi dan boleh tau hal ini. HMI adalah organisasi mahasiswa islam yang besar serta terbesar di Negara ini, HMI meletakkan dasar perjuangannya dalam azas islam, mengejawentahkan semangat independensinya dalam gerakan per-kader-annya dan optimis setiap perjuangannya. Kalau HMI relevan dalam setiap perubahan bangsa, maka saat ini para sengkuni harus diperangi. Seharusnya musuh nyata HMi adalah era neo-liberalism. Maka HMi juga harus mampu melindungi, mempertahankan dan meneruskan pembangunan NKRI yang rentan di miliki Luar negeri. HMI wajib menuntaskan musuh besar ini dengan semangat independensinya serta garis perjuangannya menuju Indonesia tetap satu tak terbagi.
    HMI harus  kembali ke Kiprah-nya serta khitah perjuangannya, para pimpinan HMI wajib menata anggota yang saat ini sedang mengalami degradasi organisasi. Perjalanan kepengurusan Ketum PB HMI arief Rosyid juga tak mulus, kongres tandingan adalah fakta momen ternodainya organisasi ini oleh kader tak berwawasan dan tak ada tanggung jawab. Momen politik mejadika efek terhadap organisasi ini, rong rongan pihak ekernal menjadikan PB HMI dipandang rapuh dan tidak menciptakan soliditas. AD ART HMi seolah tak dipakai, organisasi ini dianggap perkumpulan genk yang seenaknya untuk dirusak.

    0 Comment for "Punokawan"

    Back To Top