Kepemimpinan ala wayang Punokawan
Sesuai fitrahnya manusia adalah mandat
Alloh yang mengimplementasikan sifat sifat Nya. Sebagai mandatarisNya, manusia
diberikan amanah sebagai pemimpin didunia. Menurut Murtadha Murtadhi, Alloh
telah menciptakan manusia dengan berbagai ragam jiwa, fisik, intelektual dan
kecenderungan. Menurut Fitrah nya, Manusia adalah pembawa sifat keTuhanan,
namun dia masih mempunyai karakter Keangkaramurkaan (Dasamuka). Ketika seorang
mahasiswa Islam yang telah dinobatkan dan di ikrarkan sebagai kader HMI, maka
dialah mempunyai amanah untuk memperjuangkan insan cita. Dia adalah kader,
anggota dan pengurus, dank arena mereka hidup dalam organisasi maka terciptalah
dinamika Organisasi yang akan mendewasakannya. Semuanya adalah mata rantai yang
tidak bisa dipisahkan. Seperti halnya dalam tokoh pewayangan, kita mengenal
Punakawan. Dalam cerita pewayangan Jawa, Punakawan tersebut mempunyai dua
kelompok yaitu masing masing mempunyai peranan yang sama sebagai penasehat
spiritual dan politik, namun masing masing mengasuh tokoh yang karakternya
saling kontradiktif. Kelomok pertama
ki Lurah Semar Badranaya yang terdiri semar, Gareng, petruk dan bagong. Mereka
menggambarkan punakawan yang Jujur, sederhana, tulus, tanpa pamrih, namun
mempunyai pengetahuan yang luas serta cerdik. Kelomok kedua disebut ki lurah togog yang terdiri dari sarawita dan
Mbilung. Mereka menggambarkan punakawan yang mendampingi keangkaramurkaan,
keruwetan, sifat negative dan selalu membuat rebut seperti rahwana (dasamuka).
Dalam arti sederhananya kelompok pertama diwakili oleh Pandawa dan kelompok
kedua disebut sengkuni. Gambaran tersebut sesungguhnya memproyeksikan pula
karakter dalam diri manusia. Sebagaimana digambarkan bahwa kedua kesatria di
atas memiliki karakter yang berbeda dan saling kontradiksi. Maknanya, dalam jagad
kecil (jati diri manusia) terdapat dua sifat yang melekat, yakni di satu
sisi sifat-sifat kebaikan yang memancar dari dalam cahyo sejati (nur)
merasuk ke dalam sukma sejati (ruh). Dan di sisi lain terdapat sifat-sifat
buruk yang berada di dalam jasad atau ragawi. Kesatria yang berkarakter baik
diwakili oleh kelompok Pendawa
Lima
beserta para leluhurnya. Sedangkan kesatria yang berkarakter buruk diwakili
oleh kelompok Kurawa 100. walaupun keduanya masing-masing sudah memiliki
penasehat punakawan, namun tetap saja terjadi peperangan di antara dua
kelompok kesatria tersebut.
Hal itu menggambarkan dalam suatu raga
Organisasi terdapatlah sifat macam itu, entah dalam diri kader ataupun dalam
sebuah budaya organisasi, antara nafsu negatif dengan nafsu positif. Sehingga
dalam cerita pewayangan digambarkan dengan perang Brontoyudho antara kesatria momongan
Ki Lurah Semar dengan kesatria momongan Ki Togog. Antara Pendawa
melawan Kurawa 100. Antara nafsu positif melawan nafsu negatif, kalau peristiwa ini tidak
dikelola dengan baik maka akan tercipta amarah dalam organisasi sehingga akan
mengganggu perkaderan (peperangan).
Prof.Dr.
Lafran Pane menempatkan ide dasar misi
dibentuknya HMI dalam khazanah umat dan bangsa. Tepat 66 tahun sudah HMI
berdiri dan mampu menuntaskan setiap gerakan perubahan secara radikal terhadap
kondisi bangsa. Dari 16 kader HMI Yogyakarta awal berdiri, kini mejadi 200 ribu
kader menyebar di seluruh Indoesia. Dari era Lafran Pane pengurus yang
jumlahnya 9 orang dalam 1 cabang, kini di era Arief Rosyid terdiri dari 194
Cabang dan 20 Badko tersebar diseluruh Negeri ini. Kader bangsa banyak ditelurkan
dari buaian organisasi islam ini. Salah satunya A. Dahlan Ranuwiharja yang
menjadi ketum PB HMI era soekarno dan sangat dekat dengan Soekarno sampai
sampai dikala HMI akan dibubarkan PKI malah Sokarno melarangya. Sejarah
perjuangan HMI merupakan fakta dari mampunya HMI dalam perjuangan melindungi,
mempertahankan dan membangun NKRI.
Sekarang,
keangkaramurkaan mulai menggerus HMI, adanya kabar Mosi tidak percaya terhadap
Pb HMI telah menjadi contoh bahwa PB HMI tidak solid. Ada yang mencoba menjadi
sengkuni yang merusak organisasi. Kader HMI lingkup Cabang tidak boleh
terinterfensi dan boleh tau hal ini. HMI adalah organisasi mahasiswa islam yang
besar serta terbesar di Negara ini, HMI meletakkan dasar perjuangannya dalam
azas islam, mengejawentahkan semangat independensinya dalam gerakan
per-kader-annya dan optimis setiap perjuangannya. Kalau HMI relevan dalam
setiap perubahan bangsa, maka saat ini para sengkuni harus diperangi.
Seharusnya musuh nyata HMi adalah era neo-liberalism. Maka HMi juga harus mampu
melindungi, mempertahankan dan meneruskan pembangunan NKRI yang rentan di
miliki Luar negeri. HMI wajib menuntaskan musuh besar ini dengan semangat
independensinya serta garis perjuangannya menuju Indonesia tetap satu tak
terbagi.
HMI harus kembali ke Kiprah-nya serta khitah
perjuangannya, para pimpinan HMI wajib menata anggota yang saat ini sedang mengalami degradasi
organisasi. Perjalanan kepengurusan Ketum PB HMI arief Rosyid juga tak mulus,
kongres tandingan adalah fakta momen ternodainya organisasi ini oleh kader tak
berwawasan dan tak ada tanggung jawab. Momen politik mejadika efek terhadap
organisasi ini, rong rongan pihak ekernal menjadikan PB HMI dipandang rapuh dan
tidak menciptakan soliditas. AD ART HMi seolah tak dipakai, organisasi ini
dianggap perkumpulan genk yang seenaknya untuk dirusak.
0 Comment for "Punokawan"